Senin, 15 Oktober 2012

Guru Bisa Berperan Redam Anarkisme dan Radikalisme


Surabaya—Sekolah bukan sekedar menjadi tempat pelajar mempelajari teori-teori ilmu pengetahuan. Namun bisa menjadi tempat penanaman karakter yang tangguh dan handal. Dengan demikian, mereka terhindar dari pengaruh buruk dari lingkungan, seperti tawuran massal, anarkisme, terorisme dan tindak asusila, seperti terjerat dunia prostitusi dan narkoba.

Di sini, posisi guru menjadi sangat vital. Setidaknya itulah pengalaman dari seorang guru BK (bimbingan konseling) Sekolah Menengah Atas Negeri I (SMAN I), Taman, Sidoarjo, Jawa Timur,  Juve Sulivan. Selama menjadi guru BK, ia mendapatkan pengalaman menarik. Pertama, saat adanya penyusupan secara terselubung paham radikal ke dalam sekolah. Ketika itu, sekolah kedatangan mahasiswa yang sedang KKN, salah satu mahasiswa yang menjadi guru agama, ternyata mengajarkan paham radikal. Penyusupan lainnya adalah melalui selebaran yang dimasukkan ke dalam sekolah.

Semua masalah tersebut, untungnya bisa segera diselesaikan. “Para siswa ketika menyadari ada sesuatu yang aneh dan berbeda dari apa yang diajarkan para guru, mereka segera melapor,” kisah Juve kepada Lazuardi Birru.

Pengalaman kedua, ketika ia ditempatkan sebagai guru BK bagi kelas yang dianggap paling bandel dan nakal. Ditegaskan oleh Juve, justru para siswa yang nakal dan bandel yang potensial dan mudah digarap oleh pihak luar untuk kepentingannya sendiri.

Menurut Juve, pola penyebaran yang dilakukan aktivis dengan memanfaatkan penyebaran selebaran di pagar sekolah. Di mana isi di dalamnya mengajak para pelajar untuk mempelajari ajaran tertentu yang radikal.

“Karena sebenarnya, anak-anak yang nakal, pada dasarnya karena kebutuhan kasih-sayangnya yang kurang terpenuhi. Terutama dalam keluarga. Bentuk kenakalan mereka adalah bentuk protes mereka agar diperhatikan oleh pihak sekitarnya. Nah, inilah yang tak banyak disadari oleh kita,” terang Juve.

Hal itu juga yang dimanfaatkan oleh mahasiswa yang sedang KKN tersebut. Ia memilih kelas yang dinilai paling susah diatur pihak sekolah. “Yang menarik, karena mahasiswa ini juga menggunakan media FB untuk mengajak siswa dalam paham radikal yang dianutnya. Dia pernah menulis status bahwa menghormat bendera itu haram, syirik,” jelas Juve.

Lalu bagaimana cara pihak sekolah bisa mengatasi problem berbahaya tersebut? Dijelaskan oleh Juve, yang paling bermanfaat adalah membangun kedekatan dan keakraban dengan para siswa. Guru selalu hadir ketika terdapat siswa yang mendapatkan masalah pribadi.

“Maka, ketika ada yang aneh dan menyimpang dari aturan dan ajaran yang ditanamkan oleh sekolah, siswa sendirilah yang mendatangi guru untuk melaporkan keadaan,” ucapnya.

Salah satu yang bisa dimanfaatkan adalah sarana media jejaring sosial seperti Facebook. Ia sendiri, sering menjadi lahan curhat para siswanya melalui sarana chatting Facebook. “Tak cuma soal kesulitan mata pelajaran, tapi sampai soal pribadi, seperti dunia percintaan mereka pun dicurhatin, agar dapat pemecahan masalah,” beber Juve.

Maka, jelas Juve, menciptakan kondisi sekolah yang dekat pada siswa adalah mutlak. Guru seharusnya tak hanya mengisi pelajaran di kelas. Namun sebisa mungkin hadir membantu ketika para siswa mengalami masalah-masalah kehidupan pribadi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar