Senin, 03 September 2012

Teror di Solo, Intelijen negara harus ditambah


Aksi teror dan penembakan di Solo mulai sering terjadi dalam beberapa hari terakhir. Terkait itu, Wakil Ketua Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy mengatakan, perlu ada penambahan aparat inteligen negara guna mencegah terjadinya aksi terorisme berikutnya.

"Perlu ditambah intelijen negara untuk backup intelijen Polri, sebab inteligen Polri lemah. Tidak bisa Polri sendirian dengan kekuatannya yang minim," kata Tjatur di Jakarta, Sabtu (1/9).

Selain diperlukan penambahan intelijen negara, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah 'soft power' sebagai langkah pencegahan. Cara ini diyakini bisa meredam munculnya benih-benih terorisme, seperti dialog atau deradikalisasi.

Dia menilai, upaya itu dapat berjalan lebih efektif dibandingkan harus menggunakan kekuatan bersenjata. Sayangnya, upaya itu ternyata belum sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah secara menyeluruh, hanya polisi yang diketahui melakukan tindakan itu.

"Memberikan pemahaman secara menyeluruh kepada masyarakat, kepada generasi muda sebab yang direkrut adalah generasi muda dengan menyusupi bahwa nabi bukan seperti ini berjuang. Itu bagian dari kewajiban agama seperti jihad," paparnya.

Peran Kementerian Agama, MUI, tokoh agama, kiai dan lapisan masyarakat juga sangat dibutuhkan. Terutama untuk meluruskan cara pandang dan pemahaman yang selama ini salah.

"Soft power harus dibarengi dengan penambahan inteligen negara. Harus dijalankan secara bersamaan atau istilahnya double track," pungkas Wakil Ketua Komisi III DPR ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar