Rabu, 13 Juni 2012

Agar Tidak Menjadi Teroris


Teroris sampai saat ini sangat menghawatirkan dinegara ini Namun bukan berarti esensi dari teroris dan terorisme itu tidak ada. Karena memang terorisme pasti adanya dan sangat nampak di depan mata kita akibatnya. Dan yang tidak boleh kita lupa terorisme selalu terjadi berulang dimanapun tempatnya, di seluruh belahan dunia, diberbagai kurun waktu. Maka dari itu kita harus selalu waspada. Dan salah satu bentuk kewaspadaan itu adalah kita harus menyadari bahwa setiap orang dari komunitas manapun punya potensi untuk menjadi teroris, tanpa ada pengecualian. Disini kita juga harus bisa menyelidiki diri sendiri adakah kemungkinan kita termasuk seorang teroris? Atau adakah benih-benih pemahaman teroris dalam diri kita?

Dua pertanyaan itu perlu kita ajukan pada diri sendiri mengingat langkah awal yang paling mungkin dilakukan kelompok teroris untuk merekrut anggota baru adalah melakukan pencucian otak agar orang tersebut membenarkan kelompoknya, mau bergabung dengan kelompoknya dan mau berkorban untuk kelompoknya dengan cara apapun juga, sekalipun nyawa taruhannya. Penanaman kepercayaan akan kebenaran misi dari kelompok teroris kepada anggota baru sedemikian kuatnya sehingga ia tidak akan segan untuk melakukan aksi yang dapat merenggut jiwanya sekalipun. Dari sini kita melihat bahwa terorisme erat hubungannya dengan ideologi.

Kita semua sadar, dengan sesadar-sadarnya bahwa terorisme adalah enemy dunia. Dan enemy itu sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, pelakunya bisa siapa saja dan dari kelompok mana saja dan terjadi di negara mana saja. Oleh sebab itu meletakkan label teroris atau stigma teroris pada sebuah komunitas plural adalah sebuah kekeliruan fatal, sebagaimana meletakkan label dan stigma teroris pada agama islam dan komunitas umat islam yang plural. Sekali lagi kita harus menyadari bahwa aksi terorisme itu didasari oleh pemahaman dan atau ideologi yang menyimpang. Maka ketika label atau stigma terorisme diletakkan pada agama islam dan penganutnya maka secara tidak langsung ia telah mengatakan bahwa agama islam adalah agama yang menyimpang, demikian juga dengan penganutnya.

Karena terorisme itu dilandasi oleh pemahaman dan atau keyakinan yang berurat akar, maka untuk bisa mencegah meluasnya terorisme maka kita harus mencabut akar-akarnya hingga ke dasar. Disini kita dituntut untuk mengurai terorisme dalam sebuah penampang yang utuh mulai dari akarnya, batangnya, ranting-rantingnya, daunnya hingga buah-buahnya. Dari sanalah kita akan bisa menemukan tindakan antisipasif dan preventif terhadap persoalan terorisme, bahkan memberangus terorisme.

Sedangkan untuk diri kita pribadi, mengingat paham terorisme bisa menjangkiti siapa saja, termasuk diri kita. Maka ada beberapa hal mendasar yang akan membentengi diri kita dari terjangkit pemahaman terorisme, diantaranya :

1. Memiliki pemahaman agama yang benar

Disini kita dituntut untuk mengetahui ilmu agama, karena ilmu agama itulah yang akan mendatangkan pemahaman agama yang benar. Menuntut ilmu agama pada guru yang benar juga menjadi sebuah keharusan. Tolok ukur dari pemahaman agama yang benar adalah pemahaman itu harus dilandaskan pada dalil-dalil yang terpercaya yang dapat diterima oleh akal dan diyakini dalam hati, sekaligus dalil tersebut dikenal umat secara luas. Dalil-dalil itu kemudian harus sudah diterangkan maknanya oleh para ulama yang terkenal diberbagai kurun zaman, yang juga diketahui keimanan dan ketaatannya. Sedangkan tolak ukur guru agama yang benar adalah guru tersebut harus dikenal keilmuannya, dikenal pula keimanan dan ketakwaannya, dan dikenal pula kebaikan kepribadian atau budi pekertinya, dan dikenal pula kiprahnya dalam kehidupan sosial.

2. Memiliki pengetahuan mengenai sosial humaniora

Ini juga merupakan benteng yang kokoh bagi diri kita untuk tidak bergabung dengan kelompok teroris. Pengetahuan akan ilmu sosial humaniora akan menuntun kita untuk mengenal manusia secara utuh, baik itu mengenai manusia sebagai individu ataupun mengenai manusia sebagai mahluk sosial. Pengetahuan ini akan memberikan pemahaman pada kita bahwa manusia itu mempunyai begitu banyak kesamaan dan begitu banyak perbedaan dengan dimensinya yang utuh. Persamaan itu harus dipahami sebagai perekat terjalinnya kebersamaan dan kerjasama diantara sesama manusia yang akan melahirkan begitu banyak kemajuan dalam dinamika dan keharmonisan. Sedangkan perbedaan itu harus dipahami sebagai sebuah khasanah dan kekayaan yang dapat membuat hidup manusia menjadi penuh warna. Dari sinilah pemahaman akan sosial humaniora akan membentengi diri kita dari pemahaman individualisme, chauvinisme, rasisme dan isme-isme lainnya yang menolak adanya keragaman.

3. Berpikir Positif dan Tidak Mudah Menyerah

Ini juga merupakan penangkal ampuh dari serangan wabah terorisme. Dengan berpikir positif segala macam pikiran negatif yang dapat merugikan orang lain dapat tersingkir dengan sendirinya, sehingga setiap orang tidak pernah terbetik untuk berbuat sesuatu yang dapat merugikan orang lain. Dengan demikian otomatis setiap orang tidak akan mau untuk melakukan aksi terorisme karena aksi tersebut sudah pasti sangat merugikan orang lain. Sedangkan tidak mudah menyerah artinya diri kita dituntut untuk menjadi seorang pejuang sejati. Kita semua tahu bahwa ada begitu banyak halangan dalam kehidupan kita, ada begitu banyak kegagalan yang kita temui dan yang akan mengikuti kita, dan ada begitu banyak persoalan yang siap mengepung kita. Disini sikap tidak mudah menyerah akan menjadi benteng bagi kita untuk tidak mudah berputus asa. Putus asa sendiri merupakan jalan tol bagi bagi pemahaman terorisme menjangkiti diri seseorang melalui upaya pencucian otak, doktrinasi dan sebagainya. Maka dari itu, tanamkanlah dalam diri kita semangat untuk tidak mudah menyerah karena ketika kita mudah putus asa, kita akan sangat mudah terjangkit pemahaman teroris.

Demikian sedikit catatan saya tentang bagaimana pemahaman terorisme bisa menjangkiti siapa saja. Maka siapapun kita, kita berkepentingan untuk membentengi diri kita agar tidak terserang wabah terorisme ini dengan beberapa cara yang sudah saya paparkan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar