Jumat, 17 Juni 2016

Perbedaan Budaya Memperkokoh NKRI

Adalah fakta tak terbantahkan bahwa Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari beragam budaya. Betapa tidak, di negara kepulauan ini berdiam sedikitnya 1.128 suku bangsa dengan 546 bahasa, 300 etnis, dan enam agama. Pada satu sisi keragaman budaya tersebut merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, karena itu wajib untuk disyukuri.
    Tapi pada sisi lain, perbedaan budaya juga berpotensi menjadi bara konflik yang jika tak mampu dikelola dengan baik suatu saat dapat menghanguskan negara ini. Sebaliknya jika dikelola dengan apik, keragaman budaya justru akan menjadi perekat persatuan dan kesatuan, yang akan mengharumkan nama bangsa.
    Sejatinya keragaman dalam kehidupan sosial bermasyarakat merupakan hukum alam yang tak dapat dielakkan. Boleh dikata keragaman tersebut merupakan aset bangsa yang sangat bernilai. Karenanya slogan Bhineka Tunggal Ika yang dicengkram Pancasila sangat tepat menaungi kehidupan sosial bermasyarakat di Indonesia.
Menilik ke akar definisinya budaya merupakan pikiran, akal budi, adat istiadat, atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Budaya merupakan hasil dari perilaku manusia yang berkembang menjadi perilaku kelompok dan dilakukan secara terus menerus di dalam kelompok masyarakat tersebut. Dengan kata lain kebudayaan sama dengan kebiasaan.
    Ada ragam budaya positif yang mengakar di Indonesia di antaranya budaya ramah tamah, gotong royong, tepo seliro, dan sebagainya. Memang pada kenyataannya di Indonesia juga berkembang berbagai budaya negatif seperti budaya korupsi, budaya tidak tertib, main hakim sendiri, dan budaya kekerasan.
Dalam labirin sejarah Indonesia banyak kasus kekerasan antar atnis yang mengoyak persatuan kita sebagai satu bangsa dan negara. Lihatlah konflik Aceh yang berlangsung bertahun-tahun, konflik Ambon, konflik di Sambas, dan Papua. Konflik-konflik tersebut menjukkan lemahnya kemampuan kita dalam mengelola perbedaan yang ada di masyarakat.
    Padahal, perbedaan mestinya tidak menjadi sumber konflik. Karena itu sikap saling memaksakan kehendak harus dihindari. Kita harus memahami perbedaan. Perbedaan ada agar kita bisa saling melengkapi kekurangan yang ada pada orang lain dengan apa yang ada pada diri kita.

Rahmat
Setiap agama menghargai perbedaan. Islam, misalnya, memandang perbedaan sebagai rahmat. Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukan untuk saling berkonflik dan melainkan saling mengenal. Bayangkan betapa hampa dunia ini jika diisi dengan budaya yang homogen. Manusia diciptakan berbeda-beda agar saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
    Perbedaan akan terasa indah jika kita bisa bersama-sama saling rangkul antar golongan dan mau menghargai keberadaan orang lain yang berbeda. Tentu hidup ini akan terasa sangat indah, segala persoalan dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus dilakukan dengan cara kekerasan. Dengan begitu, Indonesia akan benar-benar dikenal sebagai negara dengan pendududuk yang ramah, sopan, dan tertib.
    Karena itu, untuk merawat perbedaan yang ada di masyarakat, hal yang kita kembangkan adalah bersikap terbuka dengan orang orang lain. Sikap terbuka mengindikasikan kesiapan kita untuk menerima seuatu yang berbeda. Dengan sikap terbuka kita akan memiliki lebih banyak teman dibanding musuh. Kita akan menyadari bahwa di sekitar kita ada orang lain dengan budaya yang berda-beda.

Menghargai
Selain itu, sikap dasar kita juga harus menghargai perbedaan budaya dan perbedaan pendapat. Ini merupakan modal dasar dalam bergaul di tengah keragaman. Dengan mau menghargai perbedaan maka kita akan makin dewasa sebagai bangsa. Pada ujungnya nanti, kerukunan dan persatuaan NKRI akan makin kokoh.
    Kita juga perlu mempelajari budaya-budaya yang berkembang di Indonesia. Dengan mempelajari budaya berarti kita mempelajari tata pergaulan yang baik. Karena budaya lahir dari norma-norma positif yang ada di masyarakat setempat dan dilakukan secara berulang-ulang dan berabad-abad dalam menjaga keseimbangan harmonisasi antar manusia dan mahluk hidup lainnya.
    Jadi, memperlajari kebudayaan daerah lain merupakan kewajiban sebagai sarana komunikasi antar sesama masyarakat di daerah lain. Secara tidak langsung kita akan merasa memiliki walau budaya tersebut adalah budaya saudara kita, yang berbeda propinsi namun kita cintai sebagai budaya asli Indonesia.
    Kita harus mengembangkan sikap berpikir posisitif dan visioner. Berikanlah solusi jika melihat ada kasus yang menyinggung tentang budaya, pejari nilai-nilai positif dari budaya yang dimiliki, karena budaya yang ada di Indonesia adalah hasil dari pemikiran positif masyarakat terdahulu dalam menjaga harmonisasi antar manusia dan lingkungan luar sekitarnya.
    Sebagai seorang yang berbudaya, kita juga harus mampu mengendalikan emosi dalam pergaulan. Jangan jadikan budaya sebagai alasan sah untu melakukan kekerasan terhadap orang lain. Belum tentu kekerasan atas nama budaya disetuji oleh seluruh masayarakat yang memiliki kebudayaan sama dengan kita. Bisa saja kekerasan tersebut hanyalah utuk kepentingan individu saja yang tidak ada kaitannya dengan budaya yang kita.
    Pada akhirnya, sikap mawas diri dan tidak mudah terprovokasi harus menjadi sikap dasar untuk menjaga harmoni di tengah perbedaan. Provokasi dan propaganda yang dihembuskan saudara-saudara kita sedini mungkin harus segara diredam. Dengan begitu perbedaan budaya yang ada di Indonesia akan makin memperkokoh dan mempersatukan NKRI yang kita cintai.

Jumat, 15 Februari 2013

Radikalisme Harus Diselesaikan secara Internal Agama


Dalam karyanya the battle for god, Karen Amstrong meramal tantangan terbesar abad ini adalah tantangan menghadapi radikalisme. Tampaknya ramalan tersebut tidak meleset. Di Indonesia misalnya fenomena bentrok  antarumat beragama kerap terjadi bahkan hingga saat ini. Sebuah fenomana yang tidak bisa dilepaskan sikap keberagamaan yang radikal.

Menurut Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ gesekan hingga konflik yang terjadi antarumat beragama tidak lepas dari salah satu kelemahan manusia yang  cenderung selalu  ingin menyekat-nyekat  antara dirinya dengan orang lain.

Untuk keluar dari problem tersebut, pakar filsafat ini menilai perlunya intervensi pemerintah terutama dalam penegakan hukum.

“Ketika ada pihak-pihak yang melanggar hukum yang telah ditetapkan, maka pemerintah seharusnya tidak sekadar memutuskan itu salah, tapi juga harus berani mengeksekusi keputusan tersebut” ungkap Magnis Suseno.

Namun di samping itu, untuk meluruhkan radikalisme Magnis Suseno tetap melihat peran sentral dari kalangan agamawan itu sendiri.

“Untuk soal radikalisme, ini hanya bisa diselesaikan secara internal agama: bagaimana para pemuka agama bisa meyakinkan umatnya bahwa  perdamaian dan  nilai-nilai keharmonisan adalah ruh dalam pesan-pesan Tuhan . Jika semua itu tidak dilakukan, maka yang ada konflik akan terus berlangsung” tambah Magnis Suseno.

Sumber: Islam-Indonesia.com

Teror Bom Ikan Melanda Madura

Bom Ikan

Warga Dusun Topoar, Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dilanda keresahan. Dalam sepekan terakhir, dua rumah warga di dusun yang masyhur sebagai kampung mebel itu menjadi sasaran pelemparan bondet atau bom ikan.

“Kami tidak tahu kenapa warga di sini dilempari bondet,” kata Kepala Dusun Topoar, Mohammad Rasyid, Kamis, 14 Februari 2013. Rasyid menjelaskan, pada Kamis dinihari tadi, rumah Ibu Addus, 75 tahun, dilempari enam buah bondet oleh orang tak dikenal. Bondet diarahkan ke belakang rumah korban. “Terdengar enam kali ledakan keras,” ujarnya.

Cucu Ibu Addus, Rifki, menuturkan, saat ledakan terjadi, hampir seluruh keluarganya masih berada di tempat hajatan kerabat. Adapun ibu Abdus dan adik Rifki berada di musala sehingga selamat dari ledakan. ”Nenek yang sedang menganyam tikar di dalam rumah pingsan akibat efek ledakan,” ucapnya.

Ledakan bom merusak rumah Ibu Addus. Atap rumah hancur dan genting berjatuhan. Dinding bagian belakang bolong. “Saya tidak tahu apa salah kami sehingga dilempari bom,” tutur Rifki.

Menurut Rasyid, pelaku diduga tidak hanya melempar bom, tapi juga hendak membakar rumah korban. Dugaan ini didasarkan pada temuan botol air mineral berisi bensin. Botol itu ditemukan di dekat tumpukan kayu bakar di belakang rumah korban. “Beruntung, kobaran api cepat diketahui warga sehingga dipadamkan,” katanya.

Meski motif pelaku tidak jelas, ada sejumlah warga melihat para pelaku pelemparan bom ikan tersebut. “Katanya empat orang, naik dua sepeda motor, tapi tidak dikenali karena pakai helm teropong,” tutur Rasyid.

Sejumlah polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), termasuk mengambil barang bukti botol berisi bensin dan sisa bondet yang tercecer.

Dialog Keagamaan Bentengi Masyarakat dari Provokasi


Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP), Muhammad Najib Azca, Ph.D mengatakan, strategi transformasi sosial merupakan salah satu metode penting untuk meminimalisir potensi konflik yang kerap terjadi di belahan nusantara.

“Strategi transformasi sosial ini dalam arti proses-proses sosial yang semakin melemahkan atau bahkan menghilangkan akar-akar yang bisa menimbulkan terjadinya konflik di masyarakat,” kata dosen sosiologi Universitas Gajah Mada ini pada Lazuardi Birru.

Menurut dia, akar-akar penyebab konflik itu bisa bermacam-macam, mulai dari ketimpangan sosial, kemiskinan atau kelompok yang termarginalisasi. Kata dia, hal itu harus ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan konflik.

Di samping itu, lanjut Najib, harus ada pendekatan yang lain, misalnya pendekatan kultural yang dilakukan secara intensif melalui dialog-dialog keagamaan, dan dialog kultural dengan masyarakat untuk membentengi masyarakat dari provokasi dan hal-hal yang bisa memicu konflik. “Aspek-aspek yang berorientasi pada pembangunan dengan kohesi sosial dimana dulunya pernah terkoyak oleh konflik, harus dibangun kembali,” ungkapnya.

Dikatakannya, membangun kembali hubungan-hubungan dengan kelompok, seperti saling percaya antarmasyarakat sangat penting untuk menghindari adanya provokasi.

Wacana Pembubaran Densus 88 Perlu Dicermati


Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar (FPG) Nudirman Munir mengatakan, wacana pembubaran Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri perlu disikapi dengan waspada. Karena itulah, Polri harus memberikan klarifikasi terkait setiap aksi pemberantasan terorisme.

Menurut Nudirman, Densus perlu dipertahankan karena berperan penting dalam menjaga keamanan dan mencegah aksi-aksi yang berpotensi mengganggu hubungan baik dengan negara lain.

“Densus 88 perlu dipertahankan. Tapi hasil kerjanya harus jelas, clear. Mesti ada klarifikasi atas setiap aksi pemberantasan,” kata Nudirman dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi III dengan Kapolri, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/2).

Seperti diketahui, di beberapa daerah muncul desakan agar pemerintah mengkaji ulang kehadiran Densus 88. Selama ini aksi pemberantasan terorisme oleh Densus 88 kerap menimbulkan kontroversi karena selain tidak transparan, cara-cara yang dilakukannya pun dinilai terlalu represif, brutal dan tidak mengenal hak asasi manusia (HAM).

“Jangan sampai Polri diadu dengan masyarakat. Karena ada usaha mengarah ke situ di balik berkembangnya wacana pembubaran Densus. Bukan hanya Densus 88, tapi oknum polri yang berlaku sewenang-wenang di daerah juga harus diawasi,” tegas Nudirman.

Dia berharap masalah arogansi dan tindakan berlebihan Densus 88 menjadi perhatian dari Polri dan jajarannya.

“Kita sangat membutuhkan Polri sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Karenanya, masalah arogansi dan tindakan berlebihan Densus 88 kami harap menjadi perhatian serius,” tandas Nudirman.

Jangan Mudah Menuduh Sesat pada Orang Lain!


Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi mengimbau warga NU untuk tetap setia dengan prinsip tasammuh (toleransi) dengan tidak mudah menisbatkan kata ”sesat” pada pihak lain.

”Menyesatkan orang lain sama saja dengan memosisikan dirinya sebagai hakim keyakinan yang seharusnya hanya dimiliki Allah,” kata dia seperti dilansir laman NU Online.

Kiai Masdar merujuk surat an-Nahl ayat (93) yang menyebutkan bahwa keanegaragaman umat merupakan kehendak Allah, melalui otoritas penuh untuk menyesatkan dan memberi petunjuk mereka.

Dengan demikian, sambungnya, orang yang menyesatkan pada dasarnya telah musyrik, karena telah mengambil otoritas Tuhan untuk dirinya. ”Dan tidak ada dosa yang lebih besar dibanding memusyirkan dirinya dengan Allah,” kata Kiai Masdar.

Di hadapan hadirin, alumni Pesantren Krapyak ini juga mengajak untuk tidak menjadikan masjid sebagai ruang eksklusif yang menanamkan intoleransi. Sebab, dengan konsep pembagian ruang dalam dan ruang serambi, masjid sesungguhnya merupakan bangunan yang terbuka.

Ruang serambi, demikian Kiai Masdar, harus dimaksimalkan perannya sebagai tempat berdiskusi dan memecahkan berbagai persoalan umat, termasuk menghidarkan dari paham yang terlalu dogmatis. ”Dogma bisa dicairkan jika serambi itu diperdayakan,” tegasnya.

Sumber: NU Online

Teror Gereja Makassar Tak Terkait Agama


Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) langsung merespon serangkaian teror bom molotov yang menimpa 5 gereja di Makassar Sulawesi Selatan selama sepekan. JK pun minta kasus tersebut untuk tidak dihubung-hubungkan dengan agama.

“Kasus ini jangan disangkut pautkan dengan agama sebab kejadian ini hanya bentuk unsur provokasi yang dilakukan oleh oknum yang ingin mengadu domba sesama umat,” kata JK saat duduk bersama dengan Kapolda, Pangdam dan sejumlah toko agama di ruang Pola Kantor Balai kota Makassar, Kamis (14/2).

Ketua PMI Pusat yang dikenal sebagai juru runding ini mengimbau kepada masyarakat, utamanya umat muslim dan kristiani untuk tidak terprovokasi dengan aksi-aksi pelemparan bom molotov.

Dia menduga, jika semua berlarut-larut maka hal ini dapat menjurus ke aksi-aksi adu domba antarumat beragama. Untuk itu dia berjanji akan membahas langkah-langkah ke depan termasuk penyelidikan kasus ini.

“Bersama semua pihak termasuk dengan bapak Kapolda, Pangdam akan menyelidiki kasus ini dan menangkap oknum yang tidak bertanggungjawab,” beber JK.

Seorang pemuka agama yang hadir dalam kegiatan tersebut menyatakan, perlu adanya komitmen bersama untuk memerangi teror ini agar tak terjadi teror lanjutan.

Sementara itu Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Mudji Waluyo mengatakan, pihaknya akan meningkatkan pengamanan di semua gereja.

“Semua gereja yang ada di Makassar (kini) dijaga ketat. Minimal ada dua personel Sabhara yang menjaga secara terbuka dan yang lainnya akan menjaga secara tertutup,” kata Mudji

Jenderal bintang dua ini menambahkan jika tindakan teror ini tidak bisa ditoleransi. Dia berjanji untuk menegakkan hukum secara tegas kepada siapapun pelakunya. “Langkah antisipasi, kita juga akan pasangkan CCTV di setiap gereja. Terima kasih sarannya,” tambahnya.

Aksi teror pelemparan bom molotov pada gereja di Makkasar, Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali terjadi. Hari ini yang menjadi sasaran adalah Gereja GKI Sulsel di Jl Samiun No 17 dan Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Panakukang di Jl Pettarani II Nomor 3. Kedua peristiwa tersebut terjadi hampir bersamaan pada Kamis, (14/2) pukul 04.00 Wita tadi.

Beruntung tak ada kerusakan berarti dan korban yang jatuh akibat peristiwa ini. Meski belum menyimpulkan siapa pelakunya, namun aksi licik tak terpuji ini diduga kuat terkait dengan peristiwa di Gereja Toraja Mamasa dan Gereja Tiatira Malengkeri. Kedua gereja itu juga dilempar bom molotov oleh orang yang tidak di kenal pada Minggu (10/2/2013), pukul 04.15 Wita. Hingga kini pelakunya belum berhasil ditangkap.

Sumber: Merdeka, Tribunnews, Berita Satu